Metodologi Ontologi (kebenaran –
kebenaran akaliah)
( Keanekaragaman Ide Tentang
Trinitasi dalam Gereja Abad 1-4, Hasil Konsili dan Implementasiya dalam Gereja)
I.
PENDAHULUAN
Allah
Tritunggal adalah ajaran yan sangat unik dalam ajaran kekristenan. Doktrin ini
merupakan suatu konsep yang tidak akan ditemukan diajaran agama – agama
lainnya. Ajaran ini merupakan suatu ajaran yang tidak dapat dihindari manusia
karena Allah telah menyatakan diri-Nya dan bahkan memperkenalkan diri-Nya
melalui setiap kuasa Allah. Dan kuasa itu diberikan Allah melalui tiga
pribadi-Nya yang memiliki hakekat yang sama. Untuk itulah doktrin Tritunggal
sangat perlu dipahami oleh setiap manusia, agarr pengertian Tritunggal tidak
disalah artikan dan keesaan-Nya tetap terjaga. Maka dari itu saya akan mencoba
mengupas bagaimana sebenarnya pengertian Allah Tritunggal itu, dan bagaimana pula keanekaragaman ide
trinitas dalam gereja abad 1-4 mengenai Tritunggal. Dan saya juga akan mengajak anda untuk mengupas setiap hasil
konsili dan implementasinya dalam
Gereja. Semoga pembahasan doktrin Trinitatis ini dapat membantu kita untuk memahami tentang Allah Tritunggal.
II.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metodologi Ontologi
Ontologis
ialah belajar dari penyatuan ide-ide pemahaman tradisional, ide-ide itu telah
menjadi pemahaman dan perumusan bersama. Ontologis adalah hasil pemikiran manusia, bagaimana
pengungkapan manusia bertolak dari yang dia alami dan rasakan. Ontologis juga
merupakan ungkapan-ungkapan yang bersifat ilmiah. Namun, sekalipun ilmiah tetap
bertitik tolak terhadap kitab suci. Metodologi ialah pengetahuan tentang metode
yang dipakai dalam ilmu pengetahuan, atau cara yang teratur dan terpikir dengan
baik untuk mencapai maksud.
2.2 Pengertian Trinitatis
Kata
Trinias dalam bahasa inggris disebut trinity
atau trinitas dalam bahasa
Indonesia disebut Tritunggal, mengandung arti Tiga pribadi dalam satu kesatuan,
bahasa Belanda
disebut Drienhaid. Trinitas merupakan
Doktrin Kristen mengena ketritunggalan Allah. Trinitas merupakan pernyataan
Allah tentang diri-Nya sebagai Bapa, Anak, Roh Kudus.
Tritulianus adalah yang pertama kali mengungkapkan istilah Trinitas untuk
merumuskan tentang kepercayaan terhadap Allah, Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Pengertian
Trinitas menyatakan Allah yang Esa sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus semuanya
adalah Allah meskipun dibedakan secara tersendiri. Istilah ini memang tidak
didapati dalam Alkitab, namun digunakan dalam Gereja.
Istilah Trinitatis adalah ungkapan iman yang
dibahasakan sesuai dengan analisa berfikir manusia pada saat itu dengan maksud menjelaskan
keberadaan Allah yang tidak kelihatan agar menjadi konkrit didalam berbagai
perbuatan-Nya. Maka perlu disadari bahwa
Trinitas lahir dari pola pikiran, analisa teologis, dan pandangan zaman serta
kondisi tertentu. Doktrin Trinitatis termasuk dalam doktrin Monotheisme yang
hanya percaya kepada satu Allah yang Maha Esa yang mempunyai tiga pribadi
yaitu: Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Dan ketiga pribadi ini memiliki satu
hakekat Ilahi. Artiya mereka adalah satu
hakekat namun dalam tiga substansi yaitu Bapa (Allah yang bersemayam diatas
kita), Anak (menyertai manusia), Roh Kudus (yang bekerja dalam diri kita).
Ketiga pribadi ini dibedakan melalui karya yang dilakukan oleh Bapa, Anak, Roh
Kudus.
Pribadi pertama adalah Allah Bapa, pribadi kedua Allah Anak, dan pribadi ketiga
adalah Allah Roh Kudus. Tiga pribadi itu mempunyai sifat dasar atau esensi yang
sama, yaitu Allah. Dan ketiga pribadi
itu adalah satu Allah.
2.3 Latar Belakang Perumusan
Trinitastis
Gereja
dapat memberikan ungkapan intelektual yang terang terhadap imannya sendiri. Abad pertama sejarah gereja
menghadapi pergumulan untuk merumuskan kepercayaan tentang Tuhan Allah.
Persoalan – persoalan itu menyangkut pengakuan yang diambil alih dari ajaran
Yahudi yang mengakui bahwa Allah adalah Esa dan pengakuan bahwa Yesus itu
adalah Tuhan. Muncullah pertanyaan apakah Agama Kristen menyembah Allah lebih dari satu (poltheisme)?
Untuk itulah Gereja tetap mempertahankan monotheismenya (menyembah hanya satu
Allah), disatu pihak berusaha untuk menghindarkan diri dari bahaya
mempertahankan keeesaan Allah dengan melepaskan ketritunggalanNya. Dan dipihak
lain bahaya mempertahankan ketritunggalan dengan melepaskan keesaan-Nya. Pada
abad ke-tiga muncullah ajaran yang mempertahankan keesaan Allah , bahwa Allah
adalah esa, Bapa, Anak, Roh Kudus adalah cara menampakkan diri Tuhan Allah yang
esa itu.
Istilah
Trinitatis sebenarnya lahir dari pola analisa teologis, pengaruh budaya,
pandangan hidup dan kondisi tertentu. Trinitatis ini merupakan ungkapan iman
yang dibahas sesuai dengan analisa berpikir manusia. Namun tetap dibawah
naunangan Allah. Karena Trinitatis berasal dari Allah. Maksudnya untuk
menjelaskan keberadaan Allah yang tidak kelihatan agar menjadi konkrit didalam
berbagai perbuatannya. Tujuan pebemberian istilah ini ialah agar keberadaan
Allah dapat menjadi communicable – dapat
dikomunikasikan kepada manusia, sehingga lebih mudah memahami, mengenal, dan
percaya kepada Allah.
2.4 Pengertian Konsili dan Implementasi
Implementasi ialah
pelaksanaan atau penerapan yang ada didalam Gereja. Konsili berasal dari bahasa
latin yaitu Concillium, yang artinya
rapat.
Menurut F.D Wellem dalam bukunya Kamus Besar Sejarah Gereja Konsili adalah
sidang resmi para uskup dan wakil beberapa gereja yang diundang dengan tujuan
merumuskan suatu ajaran atau disiplin Gereja.
2.5 Keanekaragaman ide tentang
Trinitatis dalam gereja abad I-IV
Rumusan
Allah Trinitatis lahir pada waktu tertentu, oleh orang percaya pada konteks dan
pola pikir. Gereja memakai
kitab suci, dan secara otomatis Gereja gereja mengakui Yahwe sebagai Allah yang
Esa (ul. 6:4). Gereja cenderung membela dan memperthankan sifat dan keberdaan
Allah melalui konsep Allah trinitatis. Pembelaannya dinyatakan dengan
menguraikan makna Trinitatis. Allah itu esa, melalui tiga penampakan tetapi
hakekatnya ia adalah esa dan satu. Dalam menanggapi
masalah tentang keberadaan Trinitatis, ada dua sikap para teolog dalam
memamahami memahami doktrin Trinitatis, yaitu:
1. Menganggap
doktrin Allah Trinitatis itu sebagai misteri, dan tidak dapat dianalisa secara
logika, yang hanya dapat menerimanya didalam iman.
2. Memhami
doktrin Allah Trinitatis sebagai kesaksian iman yang diekspresikan sesuai
dengan analisa berikir orang percaya secara konstruktif tentang sifat, sikap
dan tindakan Allah.
Maka
timbullah ide-ide tentang Trinitatis dari berbagai pendapat, adapun ide-ide itu
ialah:
1. Abad
I
a. Ignatius
Lahir kira-kira pada tahun 35. Sebelumnya ia adalah
seorang kafir yang menganiaya orang Kristen. Namun ia bertobat dan menjadi
Kristen. Ia adalah uskup di Antiokhia, murid rasul Yohannes. Ajarannya berbau
ortodoks, ia melawan ajaran-ajaran sesat. Ia mengungkapakan bahwa Yesus
sungguh-sungguh Anak Allah dan mati untuk sumber kehidupan orang percaya. Ia
membela keesaan geraja. Keesaan gereja didasarkan pada keesaan antara Allah
dengan Yesus kristus.
2. Abad
II
a. Irenaeus
(115-125)
Tokoh ini diduga lahir pada
tahun 115 M – 125. Salah satu tokoh penting dalam gereja timur.
Ia adalah seorang murid Polikarpus uskup Smirna yang juga adalah murid Yohannes
uskup kota Lyon (Perancis Selatan). Pendapatnya mengenai Trinitatis ialah bahwa
Allah dalam pernyataan-Nya (ditampilkan) sebagai satu dan selalu sesuai dengan
hakekat keberadaan dan kekuasaan-Nya.
b. Tertullianus
(120 - 225)
Seorang yang berpengaruh besar dlam perumusan ajaran
Tritunggal. Daripadanya lah substansi atau zat dan persona atau prbadi
dikenakan kepada ajaran Tritunggal. Ia merumuskan, bahwa Tuhan Allah adalah
satu didalam substansinya atau zatNya dan tiga didalam personaNya atau
pribadiNya atau oknumNya.
Tertullianus mengajarkan bahwa Tuhan Allah memiliki
akal dan budi. Budi itu dilahirkan didalam firman atau logos yang disebut
Anak. Mula – mula Roh Kudus adalah satu
dengan firman Allah, tidak terpisah daripada Firman atau logos sampai firman
menjadi manusia dan menderita sengsara. Setelah Kristus ditinggikan, Roh itu
keluar daripada Bapa dan Anak. Bapa, Anak, dan Roh Kudus memiliki satu
substansi, sedang mereka adalah tiga persona atau pribadi atau oknum.
c. Yustinus
Martyr (pertengahan Abad kedua)
Tokoh ini melemahkan tuduhan kaum kafir yang menuduh
bahwa orang Kristen adalah Ateis. Yustinus memelihara Monotheisme dalam
kekristenan. Menurut pendapatnya, logos berfungsi sebagai alat Bapa dalam
penciptaan dan pemeliharaan. Logos menyatakan kebenaran kepada manusia.
Yustinus berpendapat bahwa Logos adalah keturuna Allah dan Anak Allah yang unik
dan tunggal. Namun dilain pihak Yustinus menjelaskan bahwa Ia berbeda dengan
Allah dan tidak sama hakekatnya. Ia memang ada sebelum penciptaan tetapi ia
tidak ada secara kekal. Disatu pihak yustinus menguraikan bahwa Roh Kudus
adalah satu pribadi yang sama dengan logos dan merupakan buah sulung dari
Allah. Tetapi, pribadinya berbeda dan tingkatannya lebih rendah dari pada
firman (adanya pemikiran subordinatif).
d. Eusebeus
Ia menyatakan tentang kelahiran yang kekal dari Allah
Anak, dilahirkan dari Bapa dan diperanakkan. Substansi Bapa, Allah dari Allah,
terang dari terang, Allah yang sejati dari Allah yang sejati, dilahirkan bukan
diciptaka dan berasal dari satu substansi dengan Bapa. Ia juga berpendapat
bahwa Yesus adalah yang menjelma demi keselamatan kita, menderita, bangkit pada
hari ketiga, naik kesorga dan akan datang menghakimi yang hidup dan yang mati,
dan didalam Roh Kudus.
e. Tatianus
Lahir kira-kira pada tahun 110-120. Ia menjadi Kristen
ketika ia berkenalan dengan Yustinus Martyr. Ia terpengaruh oleh ajaran Genostik.
Ia menyatakan bahwa orang Kristen menyembah Allah dan ahany takut kepadaNya
saja. Allah tidak dpat dilihat dengan mata manusia. Allah tidak mempunyai
permulaan dan ia sendiri adalah permulaan segala sesuatu. Allah itu Roh yang
menciptakan segala sesuatu bagi manusia. Tatianus juga mengungkapkan tentang
kejatuhan manusia kedalam dosa, kebangkitan orang mati dan penghukuman. Ia
memiliki kepercayaan yang teguh terhadap Allah. Ia salah seorang yang terkemuka
dan meninggal kira-kira tahun 172.
f. Valentinus
Valentinus menempuh pendidikannya di Aleksandria pada
abad ke-II. Mulanya ia menyebarkan ajaran Gnostik di Aleksandria lalu pindah ke
Roma. Ia menyatakan bahwa ia menerima wahyu dari logos dan memperoleh banyak
penglihatan. Valentinus mengajarkan bahwa pada mulanya, sebelum adanya waktu,
terdapat satu Aion yang disebut Butos yaitu kedalaman yang disebut juga
permulaan Bapa yang pertama. Butos tidak dapat disebut namanya, tidak dapat
dilihat dan tempat kediamannya sangat tinggi, kekal dan sempurna. Bersama Butos
ada aion yang lain, yaitu Ennonia (pikiran) yang disebut anugerah. Dan
membentuk pasangan “aion” yang pertama diberi nama monogenes (Anak Tunggal) dan
kedua Aletheia (kebenaran). Dan aion-aion itu memiliki derajat yang
bertingkat-tingkat, yang makin dekat dengan Butos ia semakin sempurna. Valentinus juga mengajarkan bahwa, ketika
Yesus dibaptis Kristus turun kepadaNya. Dan ketika Yesus disalibkan Kristus itu
meninggalkaNya sehingga Kristus tidak menderita. Dan yang menderita adalah
manusia jiwani itu sendiri.
3. Abad
III
a. Origenes
(215 - 254)
Menurutnya Tuhan adalah satu atau esa, sebagai lawan
dari segala yang banyak. Tuhan menjadi sebab segala sesuatu yang berada. Dengan
perantara logos atau firman, Tuhan Allah, yang Roh adanya itu, berhubungan
dengan dunia benda. Logos berdiri sendiri sebagai suatu zat, yang memiliki
kesadaran ilahi dan asas-asa duniawi. Ia adalah gambaran Allah yang sempurna
dank arena kekuasaan kehendak ilahi ia terus menerus dilahirkan dari zat ilahi.
Ia memiliki tabiat yang sama dengan Allah, tetapi Ia lebih rendah daripada
Allah. Ia pangkat kedua di dalam zat Allah. Ia adalah pelaksana kehendak Allah
dan melaksanakan instruksi Allah.
Roh Kudus dianggap juga sebagai zat yang ada pada
Allah, yaitu pangkat ketiga. Roh Kudus adanya karena Anak. Hubunganya dengan
Anak sama dengan hubunganya dengan Bapa dan bidang kerja-Nya lebih sempit
disbanding dengan kerja Anak. Bapa adalah asas perbedaan segala sesuatu, sedang
Anak dan Roh Kudus dipertahankan, akan tetapi kesatuannya ditiadakan.
Ketritunggalan Allah disini dipandang sebagai
pangkat-pangkat. Ajaran ini disebut subordinasianisme.
Disini perbedaan diantara Bapa, Anak, dan Roh Kudus dipertahankan, tetapi
kesatuannya ditiadakan.
b. Praxeas
Seorang tokoh dari Roma,
yang mengajarkan bahawa tuhan Allah adalah Roh yang disebut Bapa. Bapa disini
mengenakan daging tau menjadi manusia yang disebut Anak. Didalam diri Kritus,
Bapa dan Anak menjadi satu. Dengan arti Sang manusia Yesus disebut Anak dan
Rohnya ialah Bapa. Anak menderita dan sengsara, Allah Bapa yang roh adanya
tidak dapat menderita. Tetapi oleh karena Allah Bapa telah memasuki daging
(Kristus memasuki Yesus) Ia turut menderita juga (Ajaran ini disebut Patripassianisme, artinya bahwa bapa
turut menderita sengsara). Praxeas membedakan antara daging (Anak ) dan Roh
(Bapa) di dalam diri Tuhan yesus Kristus. Menurut Praxeas, Bapa dan Anak (Roh
dan daging atau Kristus dan Yesus) adalah Pribadi yang satu, yaitu Allah.
Praxeas memperthankan
Keesaan Allah, Tuhan Allah adalah satu. Bapa dan Anak adalah satu Pribadi,
yaitu Pribadi Tuhan Allah. Tetapi Prazeas melepaskan ketritunggalan, malah
menjadi kedwitunggalan. Sebutan Bapa dan Anak tidak menunjukkan perbedaan,
kecuali sebagai Roh dan daging didalam diri Juru Selamat Yesus Kristus (ajaran
ini ditolak Gereja).
c. Athanasius
Seorang tokoh pada abad ke-III yang dengan gigih
membela eksistensi Trinitas dalam kebenaran dan kenyataan. Ditegaskannya, bahwa
Sabda (Anak) tidak pernah diciptakan, namun berasal dan sehakekat dengan Bapa.
Bapa dan Anak memiliki koordrat yang sama dan kekal sifatnya dan Roh kudus
tidak juga menjadi ciptaan, tetapi, Roh Kudus adalah Allah.
d. Sabelius
(215)
Ia mengajarkan, bahwa Tuhan
Allah adalah esa. Bapa, Anak dan Roh kudus adalah modalitas atau cara
menampakkan diri Tuhan Allah yang esa itu. Menurut Sabelius, Allah Bapa
diumpamakan dengan matahari dalam penampakannya, Allah ana adalah matahari
dalam sinarnya dan Allah Rohkudus adalah matahari dalam kekutan menyinarkan
panas. Ketritunggalan disini dipandang sebagai ketritunggalan penampakan yang
berganti-ganti atau bergiliran. Demikianlah Sabelius juga mempertahankan
keesaan Tuhan Allah , tetapi ketritunggalannya dilepaskan. Bapa, Anak, Roh
Kudus hanya sebutan saja bagi Allah yang satu itu.
e. Paulus
dari Samosata (260)
Menurutnya, Tuhan Allah hanya dipandang sebagai satu
pribadi saja. Tetapi, dalam dir Allah dibedakan antara Logos (firman) yang
disebut Anak, dan Hikmat yang disebut Roh. Logos bukan satu pribadi, tetapi
kekuatan yang tidak berpribadi. Yesus Kristus datangnya dari bawah, akan tetapi
bekerja padaNya Logos atau Firman yang datanya dari atas. Logos atau firman
dapat juga disebut “manusia bathin” dari Yesus, sang Juru selamat itu. Yesus
Kristus alah kediaman Hikmat atau Rumah Allah, yang didiami oleh Roh Allah atau
Hikmat Allah dengan sempurna. Seperti halya dengan kegemaran dan kehendak,
demikianlah dengan Allah dan Kristus. Kegemaran dan kehendak itu ada karena
kasih dan kehendakNya yang tidk berubah. Maka Kritus dipersatukan dengan Tuhan
Allah, sehingga Ia bukan hanya dapat “tidak berdosa” melainkan juga dapat
mengalahkan dosa-dosa. Sebagai upah kasih-Nya yang demikian, Ia dikaruniakan
nama yang diatas segala nama, dan mendapat hak untuk mengadili dan memiliki
kehormatan Allah, Ia diangkat menjadi Anak. Disini Paulus mempertahankan
ketritunggalan (disini lebih kedwitunggalan) dengan melepaskan keesaan-Nya.
4. Abad
IV
a. Arius
(256-336)
Arius lahir di Alexandria dan seorang pastor dari
Gereja St. Baucalis dikota kelahirannya. Tokoh yang mengambil banyak alih dari
Origenes. Perhatian utama Arius adalah untuk menekankan keunikan transendensi
Allah. Arius mengakui satu Allah dan tidak memperankkan, yang satu-satunya
kekal, awal ,benar, baik, tanpa mati, bijaksana, satu-satunya Tuhan dan dan
satu-satunya hakim bagi semua. Allah adalah hanya Allah Bapa. Menurut Arius
firman dan Hikmat Allah bersangkut paut dengan keberadaan Allah dan bukan
dengan pribadi ketiga Trinitas. Arius berpendapat bahwa Anak diciptakan Allah
dan menepatkan Anak sederajat dengan ciptaan lain. Menurut Arius Anak memang dapat
dipanggil Allah, tetapi keihlahia-Nya bukanlah merupakan atribut terhadap
keberadaan-Nya. Hal itu hanyalah sesuatu yang dilimpahkan kepada-Nya oleh
anugerah Allah. Ia menjadikan Kristus semacam setangah Allah (demigod), bukan sebagai manusia, juga
bukan sebagai Allah. Namun ajaran ini membawa bentuk Politeisme. Arius tidak
berusaha memlihara keesaan Allah dengan mengorbankan pernyataan. Ia menyatakan
bahwa Yesus adalah suatu ciptaan yang beradapada tingkatan lebih rendah dari
Allah.
2.6 Konsili – konsili Trinitatis dan
implementasinya
dalam gereja
A.
Pengertian Konsili dan Implementasi
Konsili berasal dari bahasa
latin “Concillium” yang artinya “rapat”.
Konsili adalah sidang resmi para uskup dan wakil beberapa gereja yang diundang
dengan tujuan merumuskan suatu ajaran atau disiplin gereja.
Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan yang ada didalam Gereja.
B.
Latar Belakang Munculnya Konsili
Latar belakang timbulnya konsili adalah adanya
perbedaan-perbedaan mengenai apakah Yesus adalah Allah dan bagaimana hubungan
antara KeTuhananNya dan kemanusiaNya.
Pada tahun 313 setelah kaisar Konstantinus Agung menjadi Kaisar, ia
mengeluarkan dekrit “religio Licito” yaitu pengakuan dan eksistensi Gereja. Gereja
diberi kebebasan untuk beraktivitas dan telah mendapat hukum dari pemerintahan
Romawi. Dalam perkembangannya Gereja dan para teolog-teolognya mulai
mempersolakan tentang diri Yesus yaitu hubungannya dengan Allah Bapa
“Trinitas”.
Permasalahan itu terus menrus meruncing, pendapat – pendapat para teolog – teolog pun terus memuncak. Pada
tahun 324 M konstantnus menjadi kaisar dari kekaisaran Timur dan Barat.
Konstantinus langsung memanggil konsili nicea yang bersidang pada bulan juli
325 M dan konsili itu dibawah pimpinannya.
C.
Konsili
– Konsili dalam Trinitatis dan Implementasinya dalam Gereja
1.
Konsili Nicea dan Implementasinya dalam Gereja
Konsili Nicea (325), oleh Konstantinus untuk
menyelesaikan pertikaian tentang Trinitas. Konsili ini dibuka pada tanggal 20
mei 325 oleh Kontantinus.
Tujuan konsili ini ialah untuk menyelesaikan pertikaian tau permasalahan yang
mengancam keEsaan Gereja. Konsili ini mengutuk Arius dan menyusun pengakuan
iman anti-Arius yaitu pengakuan Iman Nicea.
Konsili ini sebagai tanda reaksi atas ajaran Arius yang menganggap bahwa Allah
Bapa lebih besar dari Anak Allah, lalu setelah itu Roh Kudus. Pengakuan Iman
Nicea rupanya salah satu daripadanya ditambahkan kalimat Anti-Arius yaitu:
Ø Arius menafsirkan frasa tradisional yaitu diperanakkan
dari Allah bapa dengan arti bahwa Yesus Kristus diciptakan sang Bapa dari yang
tidak ada. Nicea meniadakan ini dan menambahkan “yaitu hakikat Allah”.
Ø Arius mengatakan hanya Bapa adalah “Allah Sejati”,
Nicea menjawab dengan menyebut bahwa Yesus Kristus adalah “ Allah sejati dari
Allah sejati”.
Ø Yesus “diperanakkan, bukan dijadikan”. Yesus itu
adalah Anak Allah bukan mahluk. Pada satu segi, anak atau turunan (keberadaan
sang Bapa) dan pada lain segi suatu mahluk (yang diciptakan dari yang tidak
ada), yang mendasari seluruh perselihan. Masalahnya dapat disamakan dengan
membedakan antara mempunyai anak sendiri atau dengan menciptakan suatu robot.
Ø Yesus itu sehakikat dengan Bapa.
Ø Pada akhir pengakuan Iman Nicea dicantumkan
frasa-frasa yang mengutuk berbagai pernyataan Arius yang pada pokoknya berkisar
pada ungkapannya, bahwa Anak Allah mempunyai awal dan diciptakan dari yang
tidak ada.
o
Implementasinya dalam Gereja
Arius dengan pengikutnya kalah, diajarkan disalahkan
dan dipecat. Arius dikutuk dengan menggunakan homousius (sehakikat). Dan
homosius diterima gereja barat, hal ini memandang ketritunggalan sebagai tiga
oknum atau pribadi yang satu dan sehakikat. Tetapi pengikut Origenes juga
menandatangani pengakuan Iman Nicea, selain itu Athanasius juga menerima sepenuhnya
keAllahan Yesus Kritus.
Maka hasil keputusan konsili Nicea ialah:
o
Anak
Allah adalah sehakikat dengan Bapa yang didalam istilah “Homo-Usios”. Homo
artinya sama dan Usios artinya hakikat wujud dan zat.
o
Ajaran
Arius dikutuk kemudian eusebius dari kasarea mempersembahkan pengakuan babtisan
yang diterima dalam konsili sebagai iman yang sah setelah mendapatkan
penambahan Homosios dan pengetahuan iman dikenal dengan Nicea.
o
Konsili
ini menegaskan bahwa Anak tidaklah diciptakan, tetapi dilahirkan, dengan maksud
menghapuskan ide bahwa Anak diciptakan dari sesuatu yang tidak ada, dan
demikian juga untuk menghapuskan pemikiran bahwa ada saatnya Allah sebagai bapa
seorang diri, yaitu memperoleh kedudukan sebagai seorang Bapa.
-
Pengakuan Iman Nicea
“
Aku percaya kepada satu Allah Bapa Yang Maha Kuasa, Penciptaan segala Yang
kelihatan dan yang tidak kelihatan. Dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus, Anak
Allah yang diperanakkan bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa, Yang dari
hakekatnya Bapa, Allah dari Allah, terang dari segala sesuatu dijadikan yaitu
apa yang disurga dan yang dibumi. Yang demi kita dan demi keselamatan kita
manusia, turun dan menjadi daging, menjelma menjadi manusia, menderita sengsara
dan bangkit pula pada hari yang ketiga naik kesurga dan akan datang untuk
menghakimi orang mati dan kepada Roh Kudus.
2.
Konsili Konstatinopel dan Implementasinya dalam Gereja
Tahun 379 warga barat bernama Theodosius menjadi
kaisar kerajaan Timur. Ia memanggil konsili yang bersidnag di konstatinopel di
bulan mei sampai juli 381. Konsili ini merupakan konsili kedua yang menguatkan
keputusan konsili Nicea.
Konsili ini dilakukan untuk menyelesaikan pertikaian Arius yang masih tetap
berkembang, dan untuk mengatasi itu diadakan konsili kedua. Dalam konsili ini
ditetapkan sebuah keputusan tentang Trinitatis (Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus) adalah
sehakekat. Pengakuan ini dikenal sebagai pengakuan Iman Nicea-Konstatinopel.
-
Implementasinya didalam Gereja
konsili ini membuahkan apa yang sekarang dikenal
dengan pengakuan iaman Nicea-Konstatinopel. Konsili ini dianggap paling
oikumenis dari umat Kristen. Konsili ini dipakai seacara luas digereja-gereja
barat maupun timur. Dengan perbedaan yaitu orang timur orang percaya bahwa Roh
Kudus keluar dari Sang Bapa melalui Sang Anak. Namun dibarat, kepercayaannya
berkembang mengenai Roh Kudus keluar dari Sang Bapa dan Sang Anak. Konsili ini
membenarkan bahwa Yesus adalah Allah yang sepenuhnya.
Konsili ini mengaku bahwa Roh Kudus sehakikat dengan Allah Bapa, artinya Allah
Bapa, Anak dan Roh Kudus tidaklah bertindak secara terpisah, tetapi dalam satu
gerakan yang serentak menyelamatkan manusia.
-
Hasil konsili Nicea-Konstatinopel
“
aku percaya kepada satu Allah, Bapa yang Maha Kuasa, Pencipta langit dan bumi,
segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, Dan kepada satu Tuhan, Yesus
Kristus, Anak Allah yang Tunggal, yang lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala
zaman, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah yang sejati dari Allah yang
sejati, diperanakkan, bukan dibuat, sehakikat dengan Sang Bapa, yang dengan
perantaran-Nya segala sesuatu dibuat, yang telah turun dari sorga untuk kita
manusia dan untuk keselamatan kita, dan menjadi daging, oleh Roh Kudus, dari
anak dara Maria, dan menajdi manusia, yang disalibkan bagi kitabdibawah
pemerintahaan Pontius Pilatus, menderita dan dikuburkan; yang bangkit pada hari
ketiga, sesuai dengan isi kitab-kitab, dan naik kessorga; yang duduk disebelah
kanan Allah Bapa dan Sang Anak, yang bersama – sama dengan Sang Bapa dan Sang
Anak disembah (dimuliakan), yang telah berfirman dengan perantara para nabi,
Aku percaya kepada satu gereja yang kudus dan am dan rasuli, aku mengaku satu
baptisan untuk pengampunan dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati dan
kehidupan dizaman yang akan datang. Amin.
III.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Tirinitas
merupakan ungkapan iman manusia mengenai ketritunggalan Allah. Ketritunggalan
itu merupakan tiga pribadi yang memiliki satu kesatuan dan sehakekat tanpa ada
perbedaan. Dalam pembahasan ini sangat ditekankan bahwa Allah memiliki suatu
kuasa dalam pribadi-Nya. Pembahasan doktrin ini sebenarnya untuk menjelaskan
bagaimana kedudukan Tritunggal dan meluruskan setiap pendapat-pendapat mengenai
ketritunggalan itu sendiri. Bila dilihat dari setiap pendapat-pendapat tokoh –
tokoh tersebut, sebagian dari mereka melebih-lebihkan tentang pengakuan mereka
terhadap keTritunggalan Allah. Setiap pemikiran itu memang beda adanya. Maka
dalam pembahasan ini pun dituliskan sebuah keputusan yaitu konsili untuk
mengahadapi berbagai pendapat-pendapat yang berbeda itu. Pengakuan konsili
seperti Nicea dan dilanjutkan Konstatinopel meluruskan pendapat-pendapat itu
dalam sebuah pengakuan yang sah dan tidak keluar dari makna ketritunggalan
Allah tersebut.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA